Wabah Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2 telah dinyatakan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO sebagai pandemik pada 11 Maret 2020. Saat ini sudah banyak penduduk dunia yang terinfeksi hingga jatuh korban jiwa, termasuk di Indonesia. Peneitian-penelitian di dunia medis berlomba-lomba mengembangkan vaksi yang efektis untuk menanggulangi wabah ini. Namun pembuatan vaksin, uji klinis hingga produksi masal biasanya memakan waktu yang tidak sebentar. Pembuatan vaksin tercepat hingga saat ini memerlukan waktu empat tahun mulai dari tahap pengumpulan sampel hingga memperoleh izin dari pihak yang berwenang. Menurut beberapa pakar medis, pembuatan vaksin dalam waktu satu hingga 1,5 tahun belum pernah terjadi sebelumnya.
Langkah cepat yang dapat diambil sebagai alternatif vaksin adalah memanfaatkan sumber daya alam dengan didukung oleh kemajuan teknologi. Indonesia sebagai salah satu negara megadiversitas sudah lama dikenal sebagai sumber tumbuhan eksotis yang tidak hanya bermanfaat sebagai bahan pangan, namun juga sebagai sumber obat alami. Beberapa peneliti di Indonesia sudah mengajukan bahan alam yang dapat dijadikan sebagai kandidat obat Covid-19, mulai dari empon-empon hingga kulit jeruk.
Tetapi sejauh manakah hasil penelitian ini terbukti? Seberapa besar potensi sumber daya alam kita menjadi solusi pandemik ini? Sehubungan dengan hal tersebut, Innovation Centre for Tropical Sciences (ICTS) mengadakan seminar tematik secara online yang bertema :Potensi Sumber Daya Genetik Tanaman Lokal Indonesia untuk Penanggulangan Covid-19 pada hari Minggu, 10 Mei 2020 mulai pukul 09.00 WIB. ICTS mengundang Akhmad Saikhu, SKM, M.Sc.PH, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, dan Dr. Teni Ernawati, M.Sc., koordinator kelompok penelitian Kimia Medisinal, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sebagai narasumber. Seminar ini dilakukan live streaming menggunakan YouTube dan aplikasi zoom, dan dipandu oleh Aqwin Polosoro, S.Si, M.Sc, peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Kementerian Pertanian.
Seminar tematik ini sangat banyak peminatnya. Dalam waktu tiga jam terdapat lebih dari 100 orang dari berbagai macam profesi yang mendaftar. Satu hari kemudian, jumlah peserta yang terdaftar pada aplikasi tersebut sudah mencapai 500 orang. Sebagian besar peserta dan undangan berasal dari kalangan akademisi dan lembaga penelitian, KLHK, NGO dan umum. Beberapa undangan yang menghadiri seminar ini antara lain Prof. Irmanida Batubara (Departemen Kimia, IPB), Prof. Dr. Gusti Ayu Kade Sutariati, M.Si dan Prof. Teguh Wijayanto (Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo), Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si. (Fakultas Pertanian – UNS), Prof. Azhar Zam (Biomedical Laser and Optics Group-University of Basel, Switzerland), Dr. Muhammad Arief Budiman (Orion Genomics, USA), Dr. Tri Joko Santoso (Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri). Dr. Gatot Haryo Pramono (Kepala Pusat Jaringan Kontrol Geodesi dan Geodinamika), Prof. Dr. Ir. Sri Hendrasututi, drh. Sriyanto, M.Si, Ph.D, Dr. Indarjani (Universitas Islam Assyafiiyah, Jakarta), Dr. Edy Hartulistiyoso,Dr. Idqon Fahmi (Wadek Sekolah Bisnis IPB), Dr. Luqman Baga (pakar koperasi), Dr. Taufikurahman (STIH, IPB), Dr. Hamim, dan Dr. Arif Imam Soeroso.
Sambutan disampaikan oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, LIPI, Dr. Agus Haryono, M.Sc. Beliau menyampaikan bahwa Gugus tugas Covid-19 menteri ristek dan kepala brin melakukan riset terkait pengembangan immunomodulator berbasis alam, yang saat ini sedang diuji klinis dan dilaksanakan di rumah atlit. Indonesia dengan biodiversitas yang luas diharapkan dapat memenuhi sendiri obat herbal dan fitofarmaka untuk mengatasi wabah Covid-19. Produk bahan alam diharapkan juga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dari daerah masing-masing yang memiliki ciri hasi tanaman obat daerahnya.
Akhmad Saikhu, SKM, M.Sc.PH, menyampaikan materi potensi tanaman obat sebagai immunodulator dan antiviral. Kementerian Kesehatan telah melakukan riset tanaman obat dan jamu (RISTOJA) yang memanfaatkan tanaman asli Indonesia sebagai upaya eksplorasi dan inventarisasi kekayaan sumber daya genetik tumbuhan obat serta eksplorasi dan inventarisasi pengetahuan tradisional tentang pengobatan yang berbasis tanaman berskala nasional.
RISTOJA telah mendata 405 etnis di Indonesia terkait kearifan lokal etnomedicine. Dari pendataan ini diperoleh lebih dari 32 ribu ramuan lokal dengna memanfaatkan 2.848 spesies tumbuhan yang digunakan untuk perawatan dan penyembuhan penyakit. Namun perlu diperhatikan terkait penggunaan bagian tumbuhan yang diambil mempengaruhi populasi tumbuhan. Penggunaan akar, kulit batang, dan batang dapat membunuh tanaman sehingga mengakibatkan pengurangan populasi tumbuhan.
Beliau juga menjelaskan ramuan kebugaran atau immunomodulator dan ramuan antivirus yang teridentifikasi sebanyak 391 dan 2,238 ramuan, secara berurutan, yang tersebar merata di berbagai wilayah di Indonesia. Sebanyak 260 spesies telah teridentifikasi sebagai tanaman obat untuk kebugaran dan 660 spesies merupakan tanaman obat terkait virus. Lima spesies yang paling banyak dimanfaatkan dalam ramuan kebugaran adalah jahe, sembung legi, mengkudu, meniran, dan temu lawak, sedangkan lima spesies dalam ramuan antivirus adalah jambu biji, kunyit, bambu, kelapa, dan temu lawak.
Beliau mengakhiri presentasinya dengan informasi penelitian di dunia terkait ramuan herbal yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan sebagai antivirus, termasuk penelitian eukalyptus yang berpotensi sebagai penghambat (inhibitor) virus Corona.
Pembicara kedua, Dr. Teni Ernawati, M.Sc, memberikan pemaparan terkait metode screening senyawa aktif dalam herbal sebagai kandidat obat Covid-19. Pada awal presentasi, Dr. Teni menjelaskan tahapan penelitian dan pengembangan obat herbal, mulai dari penemuan dan pengembangan obat baru, pengujian praklinis, uji klinis hingga persetujuan BPOM, yang dilanjutkan dengan monitoring keamanan obat di pasaran. Dr. Teni selanjutkan menjelaskan lebih detail terkait teknik/metode yang digunakan secara ilmiah dalam tahapan-tahapan tersebut.
Sebagai penutup, Dr. Teni menyampaikan tawaran terkait peluang kerja sama penelitian herbal dengan LIPI untuk menghasilkan produk herbal dalam mendukung program pemerintah untuk percepatan produksi obat herbal.
Sebagai masukan Prof. Dr. Irmanida Batubara menyampaikan riset kerjasama antara IPB dan UI terkait prinsip network farmakologi. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai obat Covid-19. Senyawa tersebut diidentifikasi keberadaan dalam tanaman. Tanaman yang mengandung senyawa potensial antara lain jambu biji, jeruk, dan kelor.
Webinar diselenggarakan selama tiga jam dengan sesi akhir berupa tanya jawab langsung melalui Zoom atau pertanyaan tertulis via YouTube.
ICTS (Innovation Center for Tropical Sciences) merupakan lembaga non-pemerintah yang memfokuskan kegiatan dalam bidang riset, pengembangan pendidikan, pendayaguanaan dan pemberdayaan di bidang IPTEK tropis termasuk pangan, pertanian, kehutanan, pesisir dan lautan, energi terbarukan, lingkungan hidup, kesehatan dan farmasi, teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan sistem informasi geografis (SIG). ICTS didukung oleh sumber daya manusia profesional/peneliti di berbagai bidang tersebut.
Materi 1 : http://tiny.cc/antiviral-immuno
Materi 2 : http://tiny.cc/metodescreening
topik yg mantap dan.menambah wawasan terimakasih
Terima kasih